“Bukan mengangkat sejata dan menembaknya, tapi semangat jiwa bela negaranya itu yang lebih utama,” Jenderal (Purn) Moeldoko.
Muhammad Nur Gemalangit atau dengan sapaan akrabnya Gemal. Lahir di Tidore, 20 Oktober 2001, anak dari Edi Langkara bersama Amriah Dapi ini mempunyai cita-cita yang kini tidak logis dan masuk akal dalam pikiran akal sehat kita, mengapa demikian?. Untuk apa masuk ke wilayah itu kalau orang tuanya sudah dapat mencukupi standar ekonomi keluarga. Namun lagi-lagi itu tidak sesuai dengan apa yang dipikirkan oleh Gemal.

Meskipun orang tuanya dapat memenuhi kualitas ekonomi, tapi pada prinsipnya menjadi seorang prajurit itu tidak mengenal identitas kita sebagai warga negara, karena semua orang punya hak, tergantung pada tekad dan niat kita masing-masing.
Menjadi seorang prajurit adalah cita-cita sejak ia masi menduduki bangku Sekolah Dasar (SD), meski bergabung di dunia militer memang tidak segampang membalik telapak tangan, butuh proses yang panjang serta tekad dan nawaitu yang dijaminkan oleh semangat patriotisme, tentu saja mengorbankan segala hal mulai dari keluarga hingga kerabat terdekat.
Teringat perjuangan Hi. Salahuddin Talabuddin waktu memperjuangkan harkat dan martabat Indonesia, khususnya di bagian Indonesia Timur, tepatnya di Kabupaten Halmahera Tengah hingga ke polosok Timur Nusantara Papua.
Perjuangan dalam memerdekakan indonesia tentu hal yang tidak mudah, semangat Haji Salahuddin itu tidak dapat di bendung oleh siapa pun karena spirit orecele serta gema takbir telah terpatri dalam jiwa Haji Salahuddin untuk memperjuangkan masyarakat, khususnya di negeri Fagogoru ini.
Saya yakin bahwa semangat ini insya Allah diteruskan oleh calon perwira muda saudara Muhammad Nur Gemalangit. Dan untuk generasi Fagogoru selanjutnya, dapat menjadikan contoh teladan bahwa semua orang punya peluang masing-masing, namun juga harus di dasari dengan doa, semangat dan niat karena itu penting dalam menggapai sebuah cita-cita.
“Pada awal suatu perubahan, patriot adalah orang yang langka, berani, dan dibenci. Namun ketika perjuangannya berhasil, hanya taburan doa menghiasi mutiara perjuangannya”
Oleh : Zulfikar Langkara
Magelang 25 Agustus 2020